<FONT FACE="georgia" color="White"> ma'af kami masih dalam perbaikan, terimakasih atas kunjungannya

UPACARA LATIHAN PENGGALANG

UPACARA PEMBUKAAN
Setiap akan atau sesudah latihan pramuka, ada serangkaian upacara / apel yang harus dilaksanakan. Tujannya untuk melatih kedisiplinan, keberanian (mental) dan patriotisme yang tinggi.
Perlengkapan
- Bendera merah putih.
- Tiang bendera lengkap dengan tali pengait
- Petugas pengibar bendera
- Pembaca dasa dharma.
Pengecekan Peserta
a. Pratama memanggil pasukan dengan aba-aba barisan formasi angkare
b. Setiap pemimpin regu (pinru) menyiapkan regunya
c. Pinru paling kanan memimpin penghormatan kepada Pemimpin Regu Utama (pratama), diteruskan laporan setiap pinru
d. Pratama mengistirahatkan pasukan, kemudian menjemput Pembina
Pratama : Lapor, Upacara/Apel siap dilaksanakan
Pembina :laksanakan
Pratama : laksanakan
e. Pratama satu langkah ke kiri memberi jalan kepada Pembina menuju area –didepan peserta- upacara, pratama mengikuti dibelakangnya.

Pelaksanaan
1. Pembina mengambil tempat, dan pembantu Pembina berbaris dibelakangnya.
2. Pratama memimpin penghormatan, sebelumnya pasukan disiapkan dahulu. Dilanjutkan laporan
Pratama : Lapor, Upacara/Apel Pembukaan latihan pramuka gudep … siap dilaksanakan
Pembina : Laksanakan
Pratama : Laksanakan
3. Pengibaran bendera oleh petugas dan penghormatannya dipimpin oleh pembina
4. Pembacaan pancasila oleh pembina diikuti semua peserta upacara.
5. Pembacaan Dasa Dharma oleh petugas, tidak diikuti oleh peserta upacara.
6. Do’a dipimpin Pembina, diteruskan kata pengantar
7. Laporan pratama kepada Pembina bahwa upacara telah selesai dilanjutkan dengan penghormatan.
Pratama : upacara selesai, Laporan selesai
Pembina : Bubarkan
Pratama : Siap, Bubarkan
8. Pembina dan pembantu Pembina meninggalkan area upacara
9. pratama membubarkan barisan, dengan cara pinru paling kanan memimpin penghormatan kepada pratama, kemudian balik kanan.

Kemudian diteruskan latihan.

UPACARA PENUTUPAN
1. Pengecekan peserta seperti pada upacara pembukaan
2. Pratama menjemput pembina, dan Pembina mengambil tempat
3. Pratama memimpin penghormatan, diteruskan laporan
Pratama : Lapor, Upacara/Apel Penutupan siap dilaksanakan
Pembina : Laksanakan
Pratama : Laksanakan
4. Penurunan dab penyimpanan bendera dan oleh petugas. Penghormatan dipimpin pembina
5. Pengumuman/himbauan/amanat oleh pembina, dilanjutkan do’a
6. Laporan pratama kepada pembina bahwa upacara telah selesai dilanjutkan dengan penghormatan kepada Pembina
Pratama : Upacara selesai, Laporan selesai
Pembina : Bubarkan
Pratama : Siap, Bubarkan
7. Pembina dan pembantu pembina meninggalkan area upacara.
8. Pratama membubarkan pasukan.

* jika tanpa pengibaran bendera maka Pancasila tidak dibacakan

UPACARA LATIHAN SIAGA

UPACARA (APEL) PEMBUKAAN
Setiap akan atau sesudah latihan pramuka, hendaknya harus mengadakan upacara / apel terlebih dahulu. Tujannya untuk melatih kedisiplinan, keberanian (mental) dan patriotisme yang tinggi.
Perlengkapan
a. bendera merah putih yang telah diikat pada tongkat / tiang yang cukup baik, kemudian digulung.
b. Standard bendera yang baik.
Pengecekan Peserta
1. Tiap pemimpin barung (PB)menyiapkan barungnya masing-masing
2. Pemimpin barung utama (PBU) menyiapkan seluruh barung dengan barisan formasi berjajar (bersaf sesuai barungnya)
3. PBU laporan kepada PBU
4. PBU menjemput ayah / Bunda untuk memeriksa

Pelaksanaan
1. PBU memanggil Siaga dengan peluit dengan aba-aba lingkaran besar. Dan dijawab serentak “SIAP” kemudian berbaris merbentuk lingkaran besar.
2. PBU melapor/menjemput Yanda/Bunda
PBU memberi hormat
PBU : Lapor, Upacara/Apel siap dilaksanakan
Yanda/Bunda :laksanakan
PBU : laksanakan
PBU berjalan dibelakang Yanda/Bunda
3. Yanda/Bunda mengambil tempat di tengah lingkaran, diteruskan PBU memimpin penghormatan dilanjutkan laporan,
PBU : Lapor, Upacara/Apel Pembukaan latihan siaga siap dilaksanakan
Yanda/Bunda : Laksanakan
PBU : Laksanakan
kemudian mengambil tempat/berdiri dibelakang Yanda Bunda.
4. Yanda/Bunda memerintahkan mengambil bendera merah putih
“Kibarkan benderamu!”
5. PBU membawa bendera masuk lingkaran dari sebelah kanan menuju standard (tempat) bendera dan semua peserta upacara memberi hormat yang dipimpin Yanda / Bunda.
6. Yanda/Bunda membaca pancasila diikuti oleh peserta upacara.
7. Yanda/Bunda membaca Dwi Dharma diikuti oleh Siaga. Kata Siaga itu diganti Kami.
8. Yanda/Bunda memimpin do’a
9. Kata pengantar/nasihat dari Yanda/Bunda.
10. PBU memimpin penghormatan kepada Yanda/Bunda
11. Yanda/Bunda meninggalkan area upacara
12. PBU membubarkan perindukan (peserta upacara).

Kemudian diteruskan latihan.

UPACARA (APEL) PENUTUPAN
1. Peserta siap dalam barisan formasi lingkaran besar
2. PBU menjemput Yanda/Bunda,
PBU memberi hormat
PBU : Lapor, Upacara/Apel penutupan siap dilaksanakan
Yanda/Bunda :laksanakan
PBU : laksanakan
PBU berjalan dibelakang Yanda/Bunda
kemudian Yanda Bunda mengambil tempat.
3. PBU memimpin penghormatan kepada Yanda/Bunda
4. PBU menyimpan bendera, memberi hormat terlebih dahulu kemudian memegang tiang/tongkat bendera. Perindukan memeberi hormat dipimpin oleh Yanda/Bunda sampai bendera keluar dari barisan upacara
5. Kata pengantar/nasihat/pengumuman dari Yanda/Bunda, diteruskan do’a
6. Yanda/Bunda mengucapkan terima kasih kepada PBU, PBU memimpin penghormatan kepada Yanda/Bunda yang kemudian meningalkan area Upacara
7. PBU membubarkan perindukan (peserta upacara)
* jika tanpa pengibaran bendera maka Pancasila tidak dibacakan

LAGU INDONESIA RAYA

Wage Rudolf Soepratman adalah komponis lagu Indonesia Raya, ia dilahirkan pada Selasa Wage, 9 Maret 1903 di Dusun Trembelang Kelurahan Somongari Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo, putra seorang sersan Instruktur Mas Senen Sastrosoehardjo. Dan belum sempat menyaksikan proklamasi dan gaungnya lagu Indonesia Raya W R Supratman meninggal pada malam Selasa 16 Agustus 1938 di Surabaya.

Supratman mendapat pendidikan musik dari kakaknya yang di Makassar. Ketika masih bayi Supratman bersama keluarganya pindah ke Tangsi Messter Cornelis Jatinegara dan bersekolah atas diusahakannya tunjangan orang tuanya yang pernah menjadi KNIL. Surat keterangan lahirnya akhirnya dibuat dan diberi nama Wage Supratman.

Setelah ibunya meninggal Supratman mengikuti kakaknya yang menikah dengan seorang tentara KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger) ke Makassar. Di sana ia meneruskan sekolahnya di Normaal School hingga selesai, dan untuk keperluan administratif namanya menjadi Wage Rudolf Supratman.

Selama di Makassar Supratman diajari musik dan biola oleh kakaknya hingga benar-benar tertarik dengan musik, selain juga senang dalam bidang sastra. Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda pernah dituangkannya dalam bukunya yang berjudul “Perawan Desa”. Buku yang mengandung nilai-nilai nasionalisme Indonesia dan menyinggung pemerintahan Belanda itu akhirnya disita dan dilarang beredar.

Selepas bekerja di Makassar bidang jurnalistik membawa dirinya dalam gejolak pergerakan Indonesia, karena minatnya ini Supratman memutuskan pindah ke Bandung dan bekerja sebagai pembantu di harian Kaoem Moeda. Setahun kemudian berpindah ke harian Kaum Kita, sebagai pimpinan redaksi. Pekerjaan tersebut tetap dilakukannya sewaktu ia pindah kembali ke Jakarta sebagai wartawan Sin-Po, harian Tionghoa-Melayu. Di Jakarta itulah, ia banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan, hingga ia mulai menulis lagu.

Pada tahun 1924 Supratman menulis lagu Indonesia Raya atas anjuran dari H. Agus Salim yang ditulis di harian Fajar Asia agar komponis Indonesia membuat lagu kebangsaan.

Dengan biolanya lagu Indonesia Raya pertama kali dikumandangkan pada penutupan acara Kongres Pemuda II tangal 28 Oktober 1928 di Gedung Indonesiche Club, Jln.Kramat 106 Jakarta, kala itu usianya 25 tahun. Lagu ini menandakan kelahiran pergerakan nasionalisme seluruh nusantara di Indonesia yang mendukung ide satu "Indonesia" sebagai penerus Hindia Belanda, daripada dipecah menjadi beberapa koloni. Selain lagu kebangsaan tersebut ia menciptakan lagu seperti, Ibu Kita Kartini, Di Timur Matahari dan Bendera Kita.

Ketika mempublikasikan Indonesia Raya tahun 1928, Wage Rudolf Soepratman menuliskan "lagu kebangsaan" di bawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po, pada edisi bulan November 1928.

Sejak itu pada tiap-tiap pertemuan Pemuda Indonesia selalu dibuka dan ditutup dengan Lagu Indonesia Raya. Semua Organisasi Rakyat Indonesia, Partai Politik, Organisasi Pemuda, Wanita, Kepanduan (Kepramukaan), seluruh rakyat Indonesia yang sadar, mengakui lagu Indonesia Raya sebagai Lagu Kebangsaan.

Pada zaman penjajahan, Lagu Indonesia Raya sering dilarang, dihalang-halangi oleh Pemerintahan Kolonial Belanda oleh suatu ketika Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah Belanda telah pula meminta agar kata-kata dalam lagu Indonesia Raya diubah. Akan tetapi berkat semangat perjuangan dan Peraturan Rakyat dan Pemuda Indonesia segala rintangan itu dapat dilenyapkan

Setelah Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, Lagu Indonesia Raya ditetapkan sebagai Lagu Kebangsaan. Lagu Kebangsaan Indonesia Raya selama perang Kemerdekaan telah merupakan sublimasi pengorbanan perjuangan rakyat dan Pemuda Indonesia untuk mengusir penjajah dan mempertahankan serta menegakkan Kemerdekaan

Dalam Undang-Undang Dasar sementara Republik Indonesia tahun 1950 pasal 3 ayat 2 Lagu Indonesia Raya ditetapkan dengan resmi sebagai Lagu Kebangsaan Indonesia.